Senin, 07 Mei 2012

Indonesia, The Tropical Dutch

“Ke Belanda yuuk?”
“Hah, Belanda?”
Sebuah ajakan untuk mengusir kebosanan di akhir minggu. Ternyata yang dimaksud “Belanda” oleh teman saya adalah kawasan kota tua yang memang dihiasi bangunan-bangunan tua peninggalan pemerintah kolonial Belanda di Batavia. Sekilas memang landscape di kota tua tidak seperti landscape Indonesia pada umumnya. Museum Sejarah Jakarta, Museum Bank Mandiri, serta beberapa bangunan tua yang dibelah kali Ciliwung seakan berusaha “mereplika” kota-kota di Belanda sana. Tapi benarkah hanya copy-paste?



13363679311714895077
Ilustrasi. Salah satu sudut pemukiman di Belanda. /Kompasiana (Shutterstock)

Hasil googling dengan kata kunci beberapa kota yang ada di Belanda menunjukkan pada saya bagaimana landscape di Belanda. Sekilas memang mirip, namun jika diperhatikan secara detail, nampaknya Inlander yang ada di Indonesia tidaklah sekedar copy-paste. Ya, desain “original Dutch” nampaknya kemudian dikembangkan dan dimodifikasi menjadi “tropical Dutch”. Llihat saja dari penggunaan batu kali di hampir semua bagian bangunan. Pondasi, dinding dasar (kurang lebih 1-1,5m dari tanah), bahkan beberapa bangunan ada yang seluruh permukaan dindingnya menggunakan batu kali. Mungkin bangsa Belanda melihat adanya ketersediaan batu kali yang melimpah di Indonesia, dan tentu saja karena batu memang terkenal kuat.



1336361937223906975
Batu Kali dimana-mana (Dok:pribadi)

Masih di seputar dinding, dinding bangunan peniggalan Belanda terkenal tebal, sekitar 25-30cm. Dan ini terbukti efektif meredam panasnya ilkim tropis. Coba saja masuk bangunan Belanda di siang yang terik, saya yakin panas dari luar tergantikan oleh sejuk udara ruang. Ya, mungkin modifikasi-modifikasi desain asli memang terpengaruh kuat oleh iklim tropis Indonesia. Dan lagi-lagi panas tropislah yang merubah fungsi “gunungan” atap bangunan Belanda di Indonesia. Memang, baik di Belanda dan di Indonesia, bangunan karya orang Belanda masih bercirikan atap bangunan yang tinggi, namun di Indonesia tidak ada atap bangunan yang dijadikan ruang loteng seperti di Belanda sana. Atap bangunan yang tinggi hanya berupa ruang kosong yang difungsikan sebagai filter panas matahari yang membakar genteng.



1336361998457552918
Atap tinggi tanpa loteng (Dok:pribadi)

133636205326457391
Atap tinggi (Dok:pribadi)

Pun desain jendela, walaupun sama-sama memiliki jumlah jendela yang banyak dan lebar-lebar, fungsi nya sedikit berbeda. Jika di belanda jendela lebar memang difungsikan untuk memasukkan sebanyak-banyaknya sinar matahari, di sini jendela difungsikan untuk pintu gerbang pertukaran udara agar suhu ruangan tetap terjaga tanpa bersentuhan langsung dengan cahaya matahari. Jangan heran jika pada bangunan Belanda versi tropis terdapat semacam tritisan diatasnya (yang juga berfungsi menghindari tampias air hujan), kalaupun tidak, masih ada selasar yang memberikan “jeda” antara ruangan dan halaman luar. Seakan masih kurang puas dengan mekanisme “pendinginan ruang” yang sudah dibuat, di beberapa bagian jendela atau pintu, kadang masih ditambahkan lubang-lubang udara yang jika kemasukan sinar matahari akan memberi suasana cahaya yang dramatis di dalam ruangan.



13363621861691454042
Tritisan (Dok:pribadi)

Sedikit keluar rumah, merah kuning warna tulip tergusur oleh rimbun dan hijaunya tanaman tropis. Beringin, rambutan, dan beberapa tanaman yang berdaun lebat banyak menghiasi rumah-rumah bergaya Belanda. Dan bila dilihat dari kejauhan, rumah-rumah bergaya Belanda terkesan angkuh dan “dingin”



1336362240417681274
Angkuh (Dok:pribadi)

Nampaknya memang tidak sama dengan yang asli di Belanda sana.
Berarti memang sudah ada modifikasi dan adaptasi desain dengan lingkungan tropis.
Berarti nggak sekedar copy-paste.
Walaupun mirip, tapi Indonesia dan Belanda tidaklah sama. Mungkin lebih tepat Indonesia ini disebut dengan Belanda versi Tropis.
Indonesia, the Tropical Dutch


1336362286830576169
Tropical Dutch (Dok:pribadi)