Rabu, 19 Mei 2010

Malaysia Day 2 : Perlis-Arau-UUM

Yap, delapan jam sudah sejak mata saya terlelap. Menjelang subuh tadi saya bangun, subuh disini sekitar jam 5:50. Dari sehabis sholat, mata saya tak bisa terpejam lagi, karena di sekitar sudah terlihat agak terang, maka saya dan Heru -teman sebelah saya- memutuskan untuk melihat-lihat pemandangan pedesaan Malaysia.
 Menikmati pemandangan

Ya, diluar kota KL, Malaysia terlihat sama persis dengan Indonesia, hamparan sawah, bukit-bukti berjajar, hanya warna tanah disana agak sedikit putih, Dan yang berbeda, jalan raya yang mendampingi kami bagus dan mulus, mobil-mobil melaju dengan lancar disana. Walaupun saya pikir saya sudah berada di pinggiran Malaysia, namun infrastruktur terbangun dan terawat baik. Di sebelah juga terlihat sedang dibangun sebuah rel tambahan untuk double track.

Tepat jam 9:00 waktu Malaysia, atau pukul 7:30 waktu Indonesia, kereta tiba di stasiun Arau. Kota kecil yang merupakan Ibukota kerajaan Perlis. Karena dari kemarin sore perut hanya diisi oleh Nasi Kare di KLCC, rasanya perut sudah nggak kuat lagi menahan lapar. Kebetulan ada warung makan yang buka di depan stasiun. Warung yang mirip warteg, namun isinya bermacam makanan khas Malaysia.

Setelah sedikit "berbual" dengan pemilik kedai, saya tertarik dengan seseorang yang sedang makan nasi, tapi berwarna biru. Saya tanya ke Ibu, apa nama makanan itu, beliau bilang itu nasi kerabu. Dari wikipeia.org :
 Nasi Kerabu

Nasi kerabu adalah makanan khas Malaysia berupa nasi berwarna kebiruan. Pewarna biru untuk nasi berasal dari kelopak bunga kembang telang. Kerabu berarti campuran daun-daunan mentah (ulam). Aroma nasi kerabu berasal dari daun rempah yang diiris halus, seperti bunga kecombrang, daun kesom, daun kadok, daun pegagan, daun kunyit, atau daun kencur. Nasi kerabu berbeda dari nasi ulam yang tidak berwarna biru.[1]
Nasi kerabu dihidangkan dengan lauk seperti ikan asin goreng, kelapa parut, ayam goreng, ayam percik, tauge, cumi-cumi, solok lada, telur asin, atau kerupuk. Sebagai penyedap adalah saus ikan bilis yang disebut budu.

Pagi itu saya memilih nasi kerabu ditemani ikan sardin. Wah ternyata rasanya nikmat, terutama aroma rempah yang kuat. Wanginya tidak membuat air liur menetes, namun membuat rileks, wangi mirip aromatherapy. Sambil menunggu bis jemputan dari UUM -Oh iya, kami ke datang ke Malaysia atas undangan Universitas Utara Malaysia- , saya dan Ansyor memutuskan untuk sedikit berjalan-jalan menikmati suasana pagi. Berjalan sedikit ke timur, kami bertemu dengan Masjid Negeri Perlis, diseberangnya adalah Istana Raja dan kalau nggak salah ada pemakaman keluarga raja (lupa nggak difoto).
____________________

Dari Arau ke UUM memakan waktu sekitar 45 menit. Pemandangan sepanjang jalan mungkin  mirip track Jakarta-Bandung via Tol Cipularang. Nggak ada yang spesial, hanya nampak kampung-kampung khas malaysia di kejauhan.

Pernah nonton upin-ipin? ya seperti itulah Malaysia diluar KL, sangat sederhana, namun tenang, dan suasana Islami kental terasa.

____________________

Kami menginap di DPP SME-Bank, semacam asrama mahasiswa di Indonesia sini, namun, jangan bandingkan fasilitasnya. Selain terawat baik, fasilitas pendukung asrama sangat memadai. Lapangan basket, lapangan futsal, lapangan tenis, lapangan bola, kantin dan bussiness centre, masjid, bank, tersedia lengkap, rapi, bersih, terawat, dan semua jelas berfungsi. Itu baru di satu kawasan asrama.Dan semua itu free.

Nampang di lapangan bola

Karena kecapekan, hari ini diputuskan untuk sekedar berpusing-pusing saja di kompleks asrama. Sore hari saya habiskan dengan jogging dan basket, karena kebetulan ada yang sedang bermain basket, dia perkenalkan dirinya sebagai Ma, dari Guangzhou, China. Kami bermain sekitar 1 jam, dan mejelang maghrib dia berpamitan dan mengajak saya untuk bertemu lagi di masjid setelah Maghrib nanti.

Setelah Maghrib, ternyta Ma mengajak saya untuk ikut mendengarkan pengajian. Inilah yang saya bilang lingkungan di Malaysia terasa sangat Islami. Adanya pengajian rutin sehabis maghrib, dan sepertinya memang sudah menjadi budaya disana bahwa sehabis maghrib harus mengaji. Tak ada orang yang terlihat berkeliaran di luar sampai isya menjelang. Maghrib disini sekitar pukul 18:30, dan isya mendekati pukul 20:00. Oh iya sebagai tambahan, di Malaysia, khususnya UUM, weekdays itu dimulai haris sabtu, dan jum'at adalah hari libur. Sangat Islami.

Setelah makan malam di foodcourt asrama, kami memutuskan untuk beristirahat karena padatnya acara esok hari.
____________

Tips Day 2:
1. Jika ingin makan, pesanlah makanan khas daerah tersebut, makanlah, apapun rasanya.
2. Jika ada jadwal menunggu, entah jemputan entah jadwal bus, usahakan untuk berkeliling, mengenal daerah sekitar.
3. Berkenalan dengan orang lokal atau siapapun, kadang rekomendasi tak terduga datang dari interaksi dengan penduduk lokal.

Selasa, 18 Mei 2010

Solo-KL-Perlis (Part II)

Dari KL Sentral menuju Petronas Tower, tepatnya di KLCC, MRT melewati 4 stasiun, Pasar Seni-Masjid Jamek-Kampung Baru-KLCC. Masing-masing MRT datang dan pergi dari dan ke arah yang berlawanan dengan rentang waktu sekitar 5-10 menit. Jadi ngak usah khawatir nunggu lama. Suasana dalam MRT cukup lengang, mungkin memang bukan jam sibuk kali ya? hanya terlihat beberapa Ibu dan orang-orang berpakaian santai.Di dalam, interior MRT sedikit mirip bus TransJakarta, dengan kursi berhadapan, gantungan untuk pegangan, dan tiang di dekat pintu juga untuk pegangan.

Dari atas MRT,Terlihat jelas pemandangan kota Kuala Lumpur. Nggak jauh beda dengan Jakarta. Banyak gedung menjulang, lumayan padat lalu lintasnya -namun porsi motor sangat sedikit-, ramai, tapi yang beda, KL terlihat rapi dan bersih, jelas sekali tergambar bahwa kota ini dibangun dengan perencanaan yang matang. Kanal-kanal yang lebar, lajur jalan yang banyak, ruang terbuka, pengelompokan jenis kegiatan kota, pokoknya rapi deh.

"Pemberhentian berikutnya PASAR SENI"

Begitu bunyi interkom di MRT yang dijalankan tanpa masinis. Menggunakan bahasa Melayu. Ya, ternyata bahasa yang digunakan di KL masih bahasa Melayu, lain dengan bayangan saya, saya kira di KL bahasa yang digunakan sudah full english. Jadi, sejauh ini, belum ada masalah soal bahasa, mungkin hanya ada sedikit kosa kata yang membuat saya bingung. Di KL Sentral tadi contohnya, saat saya mencari tempat sholat, tak ada yang bisa menjawab saat saya tanya dimana mushola, ternyata disana mereka menyebutnya surau, pun dengan WC / Toilet, di papan petunjuk tertulis "Tandas".


Dari Pasar Seni, MRT terus melaju, dan sampai akhirnya kami tiba di stasiun tujuan kami, KLCC (Kuala Lumpur City Center). Stasiun KLCC merupakan bagian atau lebih tepatnya sudah dibuat menyatu dengan Petronas Tower, jadi tidak perlu nyebrang-nyebrang jalan lagi, turun KLCC langsung masuk ke Lobby Mall Petronas. Karena cuma Mall, nggak ada bedanya sama yang di Jakarta, saya nggak minat buat "berpusing-pusing" memutari Mall, saya langsung mencari foodcourt.

Foodcourt terletak di lantai 2, saya berkeliling sebentar untuk mencari kira-kira makanan apa yang belum pernah saya makan, dan akhirnya pilihan saya jatuh pada nasi kare India tentunya dengan daging kambing. 4.8RM harus saya keluarkan untuk menebus makanan itu, sekitar 12 ribu rupiah. Cukup murah bila dibandingkan dengan Jakarta. Sementara saya mencari tempat duduk, 8 orang teman saya ternyata sudah lebih duluan menikmati makan sore mereka, dan apakah makanan yang mereka pilih?

Indonesian Food, hahaha, mungkin sudah kangen rasanya sambel kali ya?
Kelaparan


DAn kata mereka, yang jual nasi berasal dari Lamongan, Jawa Timur. Dan karena si penjual kegirangan mereka ajak ngobrol bahasa Jawa, akhirnya masing-masing mendapat bonus satu buah tempe goreng. Ah cerdas sekali.....

__________________

Selesai makan, badan ini rasanya sudah terisi penuh dan siap untuk menaklukkan KL, waktu sudah menunjukkan pukul 4:00 pm, namun matahari masih bersinar lumayan terik. Berkeliling Mall sebentar, hanya untuk merasakan atmosfir Mall di Malaysia, lalu sholat ashar, kemudian kami langsung menuju taman kota yang terletak di depan Petronas Tower.

Diluar, kami disuguhi taman kota yang tertata apik, pohon pohon yang rindang, bangku-bangku yang bersih, rapi, tanpa ada kehadiran PKL, dan yang paling penting, Petronas Tower terlihat jelas darisini.

Artinya? ini saatnya foto-foto!!!!
 Dimulai dari depan tower, sebuah kolam dengan air mancur yang indah menggoda kami untuk segera pasang aksi.
Setelah itu, yang ada hanya suara jepretan kamera, pergantian pose, dan jungkir balik mencari spot yang bagus untuk berfoto.


 Berfoto dengan latar Twin Tower tentunya
The Twin
 Teduh, rapi, bersih
 Di sebelah kiri taman kota (tak tau mana timur&barat, he)
Tidak tau gedung apa, tapi indah difoto

Malam mulai datang, puas kami berfoto di gedung yang menjadi ikon baru Malaysia, terutama KL menggantikan KL tower. Kami harus bergegas kembali menuju KL Sentral, untuk merasakan bagaimana transportasi rel di Negeri Jiran. Tiket MRT 1.7 RM kembali kami tebus, dan MRT mengantar kami kembali ke KL Sentral dengan suguhan pemandangan malam KL.
___________________________________

Kereta Tanah Melayu sudah menunggu. Tidak berbeda jauh dengan kereta eksekutif milik KAI, 11-12lah kondisinya. Ada beberapa bagian yang rusak dan terlihat tak terawat, cat yang koyak, pintu yang tak berengsel, namun masih terhitung bagus.

Kereta mulai berjalan, 1 jam, 2 jam, dan saya mulai bisa merasakan perbedaanya dengan KA di Indonesia. Jujur, rel di Indonesia lebih nyaman, lebih tenang dan lebih sedikit goncangannya. Itu pertama, kedua, dari sisi kebersihan kereta, setiap 15 menit, selalu ada petugas yang membersihkan gerbong, entah mengangkut sampah ataupun mengepel, jadi kereta selalu bersih. Ketiga, tidak ada pedagang asongan yang masuk ke gerbong. Keempat, stasiun-stasiun transit di Malaysia ternyata sangat sederhana, hanya berbentuk seperti halte bus standar di Indonesia.

Dan lagi-lagi karena terlalu capek, mata saya hanya tertahan selama kurang lebih 3 jam untuk menikmati malam, selebihnya?malam saya nikmati dengan mata terpejam.

Masih 8 jam menuju Perlis....
__________________

Jadi Tips jalan ke KL hari pertama:
1. Diusahakan dari Indonesia pagi, jadi langsung muter-muter.
2. Kalau masuk bandara bawa air sedikit aja, terutama kalau naik Air Asia.
3. Dari LCCT ke KL Sentral lebih murah pake Sky Bus, 8 RM, kalau taksi bisa sampai 80-90RM (1 RM Rp 2,700)
4. Kalau memang langsung jalan-jalan, barang bawaan lebih baik dititipkan di Locker KL Sentral, daripada langsung check-in di Hotel.
5. Perhatikan bener2 waktu masuk halte MRT, tiket jangan sampai ketinggalan, soalnya selain tiket masuk ke stasiun, itu juga tiket keluar anda dari stasiun.
6. Belilah tiket MRT dua buah, yang satu buat kenang-kenangan, hehehe...

Senin, 17 Mei 2010

Malaysia (Day 1)- Solo-KL-Perlis (Part 1)


8 mei 2010
Setelah hampir dua minggu ribet mengurus passport –yang alhamdulillah Cuma 4 hari bolak-balik ke imigrasi-, cari tambahan uang saku, cari money changer, cari pinjeman koper –thanks for Ndut buat tas Polo-nya-, nyapin baju, bikin daftar oleh-oleh, akhirnya pagi ini (8 mei 2010) kami siap terbang ke negeri seberang. Berbekal tiket Air Asia AK-541, pagi-pagi buta, kami bersembilan sudah berkumpul di Bandara Adi Sumarmo.
Pagi ini memang sangat luar biasa, karena mungkin buat kami bersembilan, ini pertama kalinya pergi jalan ke luar negeri, atau bagi saya pribadi, ini juga pertama kalinya naik pesawat. Rasanya dag-dig-dug ser…
07:00 kami sudah tersenyum manis di depan petugas bandara. Tiket di check, masuk bandara Adi Sumarmo yang interiornya wuiiih, Solo banget. Besi tempa yang diukir motif batik menghiasi langit-langit, dinding, dan kolom-kolom bangunan. Kami pun mulai antri check in dan antri bagasi, setelah beres, lalu menuju imigrasi untuk check passport dan mengisi  kartu imigrasi, lalu langsung bayar boarding pass deh. Namun ternyata buat masik ruang tunggu internasional nggak mudah, tepatnya banyak botol minum yang harus kami tinggal, katanya sih di dalam kabin tiap penumpang hanya diijinkan membawa 100ml cairan. Setelah itu, kami pun masuk ruang tunggu dengan lancar.

Karena baru pertama masuk airport, maka kesempatan ini benar-benar saya manfaatkan, dari berfoto dari pojok ke pojok, sampai membuat sketsa, itung-itung daripada bosen nunggu pesawat. Dan setelah hampir 1 jam menunggu, pesawat yang kami nantikan landing. Pesawat berkelir merah putih,dari bentuknya, jelas terlihat kalau itu pesawat Airbus. 20 menit boarding, pesawat siap take off, dag dig dug rasanya, pikiran akan pesawat  jatuh selalu membayang.
“Aku nggak ingin namaku muncuk di koran besok”
Hahaha, itu batin saya. Namun alhamdulillah pesawat take off dengan lancar. Dan mulai detik itu, saya pun bisa bercerita ke emak saya kalau saya pernah terbang. Mungkin sekitar satu setengah jam saya disuguhi pemandangan laut berhias awan putih –kebetulan cuaca pagi itu sangat cerah-, terkadang kami berpapasan dengan pesawat lain, melihat pulau-pulau kecil. Indah sekali terlihat dari atas sini. Di interkom sana, terdengar suara kapten dengan bahasa inggris yang Melayu banget menerangkan bahwa sebentar lagi kami akan sampai di Kuala Lumpur.
Pemandangan di bawah juga sudah berganti, menjadi sebuah pulau yang penuh sesak dengan gedung-gedung menjulang,. Pertama, saya pikir itu KL, belakangan setelah landing, saya diberi tahu teman saya kalau pulau itu adalah Singapura. Yup, mendekati landing, ternyata bukan gedung-gedung tinggi menyambut saya, namun sejauh mata memandang yang ada hanya hamparan kebun sawit. Ya, Malaysia memang terkenal sebagai produsen sawit. Mungkin bandara internasional KL sengaja diletakkan di pinggir kota agar tidak terganggu cahaya lampu kota yang gemerlapan, juga tingginya gedung-gedung.
Landing berjalan lancar. Dan untuk pertama kalinya, saya menjejakkan kaki di luar tanah kelahiran saya. Di tanah Malaysia. Awalnya saya kira Air Asia mendarat di KLIA, ternyata AA punya markas sendiri di LCCT. Dan bandara KL jauuuh lebih luas dibandingkan bandara Adi Sumarmo, sampai bingung saya dibuatnya.
Proses imigrasi berjalan lancar, dan Akhirnya. MALAYSIA, HERE I COME

___________________________________
Perjalanan dimulai, LCCT - KL jaraknya sekitar 70km. Setelah sejenak beristirahat di foodcourt LCCT, kami menuju halte sky bus untuk melanjutkan perjalanan kami ke KL. Sky bus mirip bus AKAP di Indonesia, cuma memang terlihat terawat dan nyaman. Tiket seharga 8 RM sudah kami kantongi, sky bus dengan jurusan KL Sentral dan Puduraya-pun kami tumpangi. Tujuan kami adalah KL Sentral, terminal antar moda (bus, kereta api, dan MRT) di KL yang menyediakan transportasi ke seluruh penjuru Malaysia.
 
Interior sky bus
Sky bus mulai berjalan, dan selama 15 menit pertama, pemandangan masih didominasi oleh kebun kelapa sawit. Lalu lintas tak begitu ramai, tapi satu yang beda dari Indonesia, disini jarang sekali terlihat sepeda motor. 20 menit di dalam bus, gerimis sedikit mengguyur jalanan. Namun dari kejauhan terlihat papan nama yang begitu besar, dengan angkuh berdiri bertuliskan "SEPANG", sirkuit yang sudah seriing menggelar F1 dan motoGP.

Karena kelelahan, saya-pun tertidur.

Terbangun karena bunyi klakson mobil, ternyata saat ini kami sudah memasuki pusat kota KL, mungkin daerah little India, karena di kanan kiri terlihat tulisan-tulisan mirip aksara India, banyak berlalu lalang orang-orang berwajah India, dan barang-banrang yang dijual juga persis seperti yang saya lihat di film India. Sekitar setengah jam kami terjebak di padatnya jalanan KL, sebelum akhirnya sampai di KL Sentral.
Sebuah stasiun -atau terminal- yang ternyata sangat besar. Kalau nggak salah hitung, mungkin ada tiga lantai, lantai 1 yang berhubungan dengan jalan adalah tempat bermacam jenis bus, lalu basement atau ground untuk kereta api, dan lantai atas untuk MRT.
 Nampang sebentar
______________________________

Setelah sholat, kemudian kami mencari locker untuk menitipkan barang-barang kami karena malam ini kami tidak menginap di KL. Kami akan melanjutkan perjalanan menuju Perlis di Utara Malaysia, jadi lebih irit kalau menitipkan barang di Locker daripada menyewa kamar setengah hari di Hotel. Kalu nggak salah satu locker 4 RM, muat untuk sekitar 10 tas backpack.
Lalu, kami segera menuju lantai bawah untuk memburu tiket Kereta Tanah Melayu menuju Perlis. Tiket seharga 42RM untuk keberangkatan jam 21:40. Perlu diketahui, waktu malaysia itu 1 jam lebih cepat dibandingkan WIB. Tujuan selanjutnya adalah KL Sentral market, ya, di lantai bawah memang ada semacam pasar yang menyediakan bermacam barang, dan yang pertama kami cari adalah kartu perdana. Cukup dengan 10 RM dan menunjukkan passport, kita sudah bisa connect langsung dengan sinyal, dan dijamin komunikasi jadi lebih murah dibanding kartu Indonesia yang kena roaming Internasional.
Puas putar-putar KL Sentral, kami naik menuju lantai atas, menuju shelter MRT. Menebus tiket seharga 1.7RM, tujuan kami selanjutnya adalah :
PETRONAS TOWER.