Rabu, 29 Desember 2010

Berhenti sejenak, merenung

Saat terjebak dalam rutinitas , seringkali membuat otak kita buntu dan malas untuk berpikir. Rutinitas telah membuat kotak tersendiri di dalam otak, sehingga tindakan kita cenderung hanya mengikuti apa yang sudah ada tanpa mau melakukan perubahan. Dan pada akhirnya membentuk sesuatu yang disebut “Kebosanan” karena otak kita sudah terlatih dengan pola “Lets Do the Job”.

Pola “Lets Do the Job” menjadikan kita hanya melakukan sesuatu yang sama berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan memiliki kemungkinan untuk melakukan kesalahan yang sama seperti para pendahulunya.

Pernahkah kita meluangkan waktu kita untuk sekejap berhenti sejenak dari rutinitas untuk berpikir dan merenung???

Luangkan waktu 5-10 menit setiap hari untuk berpikir dan merenung. Tempatkan diri di posisi lebih tinggi untuk melihat lebih luas. Biarkan imajinasi berkembang melebihi batasnya, kembalilah ke imajinasi kekanak-kanakan, hilangkan semua batas dan kotak yang membelenggu otak. Pikirkan hal-hal yang tidak mungkin. Melihat film kartun, membaca komik strip, mencari gambar2 lucu, akan membuat perasaan senang dan mereduksi kemungkinan stres.

Dengan memikirkan hal-hal imajinatif, maka otak akan menjadi kreatif, sehingga apabila dihadapkan pada persoalan rutin, otak mampu mencari pemecahan yang baru dan lebih efisien…

Maka biarkanlah imajinasi berkembang, pertahankan jiwa kekanakanakan di dalam diri anda…


Rabu, 15 Desember 2010

Negara ini masih ada karena orang-orang kecil

Ramainya perseteruan antara pegnuasa pusat dan sultan tampaknya menggoyah persatuan dan kesatuan Indonesia yang dari jaman saya kecil diperkenalkan sebagai Bhineka Tunggal Ika. Sejak reformasi bergulir, nampaknya negara kita mengarah pada kebebasan yang benar-benar bebas. Bebas tak terarah. Akibatnya banyak terjadi konflik kepentingan, perbedaan antara visi pemerintah pusat dan daerah, pilkada yang menghabiskan banyak uang rakyat dan sebagian besar beujung di meja hijau ditambah korupsi yang makin gila.

Sekian banyak konflik dan masalah yang ada seharusnya sudah membuat negeri ini hilang dari peta dunia. Indonesia sudah tidak eksis lagi.

Apakah yang membuat negeri ini masih berdiri sampai sekarang???tentunya bukan mereka yang terhormat yang menikmati kursi-kursi empuk disana. Naegeri ini masih layak disebut sebagai negeri karena kesetiaan orang-orangyang tekun dalam pekerjaannya yang mungkin dalam keseharian kita lihat sambil lalu saja.

Para Pegawai Negeri Rendahan yang setia untuk mengurus administrasi warga di tingkat kelurahan. Pekerja arsip negara. Polisi rendahan yang dengan disiplin menangani kasus-kasus pencurian ayam. Matri kesehatan yang setia melayani masyarakat walaupun mungkin buat makan saja dia susah. Guru honorer yang hanya dijanjikan SK PNS yang setia mengabdi mengajarkan “dunia” pada anak2 bangsa ini.


Belum lagi para OB,tukang kebun, pesuruh gedung pemerintahan yang selalu memastikan bapak2 yang terhormat bekerja dengan nyaman  (bukan bekerja dengan baik). Polhut dan Penjaga perbatasan yang mau memastikan keamanan negara ini walaupun keamanan perut keluarga belum jelas.

Ya karena mereka2 inilah -forgotten person- sampai sekarang, walaupun negeri ini seakan adalah negeri masalah, namun nama Indonesia masih bisa kita saksikan di dunia. Karena mereka yang selama ini kita remehkan -mungkin pernah kita hujat- yang setia dengan pekerjaannya, jujur, dan mampu mengemban amanah yang diberikan padanya dengan baik, negeri ini masih bisa disebut sebagai sebuah negara mandiri. Seharusnya mereka2 inilah yang menempati pucuk2 pemerintahan di negeri ini.

Semoga………..

Berebut Tiket Indonesia vs Filipina

“Berita buruk, kita kehabisan tiket…”

Begitu kira-kira pesan yang masuk ke HP pagi tadi. Hmm, sepertinya tiket pertandingan Timnas Indonesia menjadi barang yang paling diburu untuk mingu2 ini. Buat pebola sejati, faktor penariknya tentulah prestasi Timnas di Piala AFF 2010 yang dibilang luar biasa. Luar biasa disini artinya diluar kebiasaan, yang biasanya main jelek, saat ini  bagus, yang biasanya kalah, sekarang menang. Inilah yang membuat bolamania Indonesia rela antri untuk bisa menyaksikan cantiknya permainan timnas secara langsung

Naah menariknya di piala AFF kali ini, ada juga penggemar bola dadakan yang ikut menghabiskan jatah 70 ribu tiket yang disediakan panitia. Siapa lagi kalo bukan para wanita yang kepincut dengan Bachdim??mereka juga rela mengantri buat menyaksikan langsung idolanya -bukan timnas-, walopun sebenarnya saat menonton langsung wajah sang idola tidak kelihatan.


Animo menonton yang begitu besar menjadikan Stadion Utam GBK menjadi stadion dengan atmosfir yang begitu dahsyat. Sensasi menonton langsung dengan sorak sorai yang mengelegar seakan-akan menjadi charger untuk terus berteriak-teriak mendukung Timnas.

Namun, apakah atmosfir ini cuma akan terjadi sesaat???mampu ngak sih PSSI mempertahankan bahkan menaikkan prestasi timnas???

Hanya berbekal kemenangan di fase group, langsung saja menetapkan target untuk lolos PD 2014. Untuk membuat timnas yang solid bukan perkara mudah, dan yang pasti diperlukan pembinaan pemain muda yang bagus dan berkelanjutan. Naturalisasi yang sekarang ada hanyalah solusi jangka pendek, kalo dilihat umur “el loco” yang sudah berkepala 3. Lolos ke kompetisi sekelas PD bukan hanya tanggung jawab Riedl dan Timnas.

Semoga timnas besok menang. Saya dukung Timnas, dan semoga PSSI cepat sadar.

Besok saya akan datang mendukung Timnas Indonesia, bukan PSSI walaupun harus berburu tiket ke calo…

Minggu, 12 Desember 2010

Ramainya CPNS

Pagi ini, walaupun hari minggu,namun lalu lintas terlihat padat. Di beberapa daerah ternyata sedang dilangsungkan tes seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil. Beberapa teman mengirim pesan ke saya meminta doa agar sukses menjalani ujian dan bisa diterima sebagai PNS.

Mengapa di setiap seleksi CPNS dilaksanakan peserta yang mendaftar amat sangat mebludak??bahkan ada yang sampai koefisien pembandingnya 20:1 yang berarti 1 kursi PNS diperebutkan oleh 20 orang. Attractive apakah yang dimiliki PNS sehingga semua orang berebut mendapatkannya??bahkan ada teman yang rela resign dari pekerjaan yang dilakoninya sekarang demi mengejar cita-citanya menjadi PNS.

Memang di Indonesia status sebagai pegawai swasta masih kalah jauh gengsinya dibandingkan dengan PNS. Orang tua akan merasa sangat bangga apabila anaknya menjadi pejabat di suatu departemen pemerintahan. Apakah salah??


Tapi 20:1??apakah itu tidak terlalu over capacity??pemerintah seharusnya menaruh perhatian pada hal ini.
Persaingan yang sebegitu ketat menunjukkan bahwa lapangan kerja yang tersedia di negara ini masih sangat sedikit. Orang berbondong2 masuk menjadi PNS karena yang kebanyakan kita tahu, ya cuma itu peluang kerja paling banyak tersedia. Kemudian masalah kesejahteraan, teman saya mengatakan enaknya jadi PNS adalah karena masa depan yang terjamin, adanya tunjangan kesehatan, rumah tangga, dll, dan yang paling penting adanya dana pensiun. Ini membuat banyak orang memilih menjadi PNS ketimbang pegawai swasta yang bila dilihat dalam jangka panjang lebih “tidak jelas” masa depannya.

Apabila dilihat secara makro, terlihat keengganan para pelaku usaha besar untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya. Mereka tidak salah, karena pemerintah tidak bisa menciptakan iklim usaha yang kondusif, sehingga pengusaha besar enggan berinvestasi dalam jangka waktu yang lama, paling lama mungkin hanya 5 tahun. Sehingga mereka berusaha mencari untuk sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat dan berakibat pada kesejahteraan karyawan yang terabaikan.

Selain itu, iklim untuk berwirausaha juga tidak kondusif disini. Birokrasi yang sulit, urusan perijinan, dan sebagainya, membuat para pencari kerja juga hanya berorientasi untuk menjadi karyawan saja, main aman kalo meminjam istilah para enterpreneur.

Beberapa negara maju membuktikan bahwa mereka bisa kuat karena prosentase pengusaha penduduknya besar. Tentu saja ini didukung dengan iklim usaha yang baik, dan salah satunya dikarenakan stabilnya pemerintahan.

Semoga pemerintah segera sadar dan berhenti meributkan sesuatu yang “urgen tapi tidak penting”.

Jumat, 10 Desember 2010

Apa yang akan kita lakukan untuk bangsa ini?

Melihat kondisi Indonesia sekarang ini, mungkin banyak orang yang merasa dikecewakan. Pemerintahan yang saling lempar masalah, hukum yang lemah, pertahanan negara yang buruk, masyarakat yang miskin, kesemrawutan, dan masih banyak lagi.

Namun, apakah kita akan terus terusan mengeluh tanpa melakukan tindakan untuk memperbaiki negara ni?

Sempat terpikir untuk kabur dan memilih untuk pindah kewarganegaraan, tapi, dibalik kecarut-marutan yang ada disini, terlalu banyak alasan untuk tetap ada di sini.
Kesenian, Budaya, alam yang indah, keluarga, masyarakat, teman, apakah bijak menjadi egois disaat semua yang kita sayangi sedang terpuruk??

Dan pantaskah kita hanya ikut menggerutu dan tidak berusaha merubah keadaan yang mampu kita ubah???

Mungkin terlalu muluk bila bercita-cita memperbaiki negara ini, namun tidak salah kan kita berusaha memperbaiki apa yang ada disekitar kita agar nyaman untuk kita dan orang2 yang kita cintai???

Rabu, 08 Desember 2010

Belajar dari Olahraga

Sebelas pemain dengan satu visi -MENANG- memberikan energi yang luar biasa kepada seluruh penonton yang hadir di GBK. Penonton tanpa kenal lelah berteriak, bernyanyi, menari, untuk memberikan dukungan kepada 11 pemain yang berlaga untuk mengalahkan Thailand. Mereka terus memberikan dukungan tanpa kenal lelah, meskipun pada saat tertinggal 0-1.

Semalam benar-beran saya rasakan kebanggaan sebagai rakyat Indonesia di tengah-tengah merahnya GBK. Untuk pertamakalinya saya menyanyikan Indonesia Raya dengan penuh semangat dan kebanggaan.
Seandainya para pemimpin kita punya satu misi, satu pendapat, dan kompak dalam bertindak, pasti rakyat akan mendukung sepenuhnya,,,,

Kapan ya????

Rabu, 19 Mei 2010

Malaysia Day 2 : Perlis-Arau-UUM

Yap, delapan jam sudah sejak mata saya terlelap. Menjelang subuh tadi saya bangun, subuh disini sekitar jam 5:50. Dari sehabis sholat, mata saya tak bisa terpejam lagi, karena di sekitar sudah terlihat agak terang, maka saya dan Heru -teman sebelah saya- memutuskan untuk melihat-lihat pemandangan pedesaan Malaysia.
 Menikmati pemandangan

Ya, diluar kota KL, Malaysia terlihat sama persis dengan Indonesia, hamparan sawah, bukit-bukti berjajar, hanya warna tanah disana agak sedikit putih, Dan yang berbeda, jalan raya yang mendampingi kami bagus dan mulus, mobil-mobil melaju dengan lancar disana. Walaupun saya pikir saya sudah berada di pinggiran Malaysia, namun infrastruktur terbangun dan terawat baik. Di sebelah juga terlihat sedang dibangun sebuah rel tambahan untuk double track.

Tepat jam 9:00 waktu Malaysia, atau pukul 7:30 waktu Indonesia, kereta tiba di stasiun Arau. Kota kecil yang merupakan Ibukota kerajaan Perlis. Karena dari kemarin sore perut hanya diisi oleh Nasi Kare di KLCC, rasanya perut sudah nggak kuat lagi menahan lapar. Kebetulan ada warung makan yang buka di depan stasiun. Warung yang mirip warteg, namun isinya bermacam makanan khas Malaysia.

Setelah sedikit "berbual" dengan pemilik kedai, saya tertarik dengan seseorang yang sedang makan nasi, tapi berwarna biru. Saya tanya ke Ibu, apa nama makanan itu, beliau bilang itu nasi kerabu. Dari wikipeia.org :
 Nasi Kerabu

Nasi kerabu adalah makanan khas Malaysia berupa nasi berwarna kebiruan. Pewarna biru untuk nasi berasal dari kelopak bunga kembang telang. Kerabu berarti campuran daun-daunan mentah (ulam). Aroma nasi kerabu berasal dari daun rempah yang diiris halus, seperti bunga kecombrang, daun kesom, daun kadok, daun pegagan, daun kunyit, atau daun kencur. Nasi kerabu berbeda dari nasi ulam yang tidak berwarna biru.[1]
Nasi kerabu dihidangkan dengan lauk seperti ikan asin goreng, kelapa parut, ayam goreng, ayam percik, tauge, cumi-cumi, solok lada, telur asin, atau kerupuk. Sebagai penyedap adalah saus ikan bilis yang disebut budu.

Pagi itu saya memilih nasi kerabu ditemani ikan sardin. Wah ternyata rasanya nikmat, terutama aroma rempah yang kuat. Wanginya tidak membuat air liur menetes, namun membuat rileks, wangi mirip aromatherapy. Sambil menunggu bis jemputan dari UUM -Oh iya, kami ke datang ke Malaysia atas undangan Universitas Utara Malaysia- , saya dan Ansyor memutuskan untuk sedikit berjalan-jalan menikmati suasana pagi. Berjalan sedikit ke timur, kami bertemu dengan Masjid Negeri Perlis, diseberangnya adalah Istana Raja dan kalau nggak salah ada pemakaman keluarga raja (lupa nggak difoto).
____________________

Dari Arau ke UUM memakan waktu sekitar 45 menit. Pemandangan sepanjang jalan mungkin  mirip track Jakarta-Bandung via Tol Cipularang. Nggak ada yang spesial, hanya nampak kampung-kampung khas malaysia di kejauhan.

Pernah nonton upin-ipin? ya seperti itulah Malaysia diluar KL, sangat sederhana, namun tenang, dan suasana Islami kental terasa.

____________________

Kami menginap di DPP SME-Bank, semacam asrama mahasiswa di Indonesia sini, namun, jangan bandingkan fasilitasnya. Selain terawat baik, fasilitas pendukung asrama sangat memadai. Lapangan basket, lapangan futsal, lapangan tenis, lapangan bola, kantin dan bussiness centre, masjid, bank, tersedia lengkap, rapi, bersih, terawat, dan semua jelas berfungsi. Itu baru di satu kawasan asrama.Dan semua itu free.

Nampang di lapangan bola

Karena kecapekan, hari ini diputuskan untuk sekedar berpusing-pusing saja di kompleks asrama. Sore hari saya habiskan dengan jogging dan basket, karena kebetulan ada yang sedang bermain basket, dia perkenalkan dirinya sebagai Ma, dari Guangzhou, China. Kami bermain sekitar 1 jam, dan mejelang maghrib dia berpamitan dan mengajak saya untuk bertemu lagi di masjid setelah Maghrib nanti.

Setelah Maghrib, ternyta Ma mengajak saya untuk ikut mendengarkan pengajian. Inilah yang saya bilang lingkungan di Malaysia terasa sangat Islami. Adanya pengajian rutin sehabis maghrib, dan sepertinya memang sudah menjadi budaya disana bahwa sehabis maghrib harus mengaji. Tak ada orang yang terlihat berkeliaran di luar sampai isya menjelang. Maghrib disini sekitar pukul 18:30, dan isya mendekati pukul 20:00. Oh iya sebagai tambahan, di Malaysia, khususnya UUM, weekdays itu dimulai haris sabtu, dan jum'at adalah hari libur. Sangat Islami.

Setelah makan malam di foodcourt asrama, kami memutuskan untuk beristirahat karena padatnya acara esok hari.
____________

Tips Day 2:
1. Jika ingin makan, pesanlah makanan khas daerah tersebut, makanlah, apapun rasanya.
2. Jika ada jadwal menunggu, entah jemputan entah jadwal bus, usahakan untuk berkeliling, mengenal daerah sekitar.
3. Berkenalan dengan orang lokal atau siapapun, kadang rekomendasi tak terduga datang dari interaksi dengan penduduk lokal.

Selasa, 18 Mei 2010

Solo-KL-Perlis (Part II)

Dari KL Sentral menuju Petronas Tower, tepatnya di KLCC, MRT melewati 4 stasiun, Pasar Seni-Masjid Jamek-Kampung Baru-KLCC. Masing-masing MRT datang dan pergi dari dan ke arah yang berlawanan dengan rentang waktu sekitar 5-10 menit. Jadi ngak usah khawatir nunggu lama. Suasana dalam MRT cukup lengang, mungkin memang bukan jam sibuk kali ya? hanya terlihat beberapa Ibu dan orang-orang berpakaian santai.Di dalam, interior MRT sedikit mirip bus TransJakarta, dengan kursi berhadapan, gantungan untuk pegangan, dan tiang di dekat pintu juga untuk pegangan.

Dari atas MRT,Terlihat jelas pemandangan kota Kuala Lumpur. Nggak jauh beda dengan Jakarta. Banyak gedung menjulang, lumayan padat lalu lintasnya -namun porsi motor sangat sedikit-, ramai, tapi yang beda, KL terlihat rapi dan bersih, jelas sekali tergambar bahwa kota ini dibangun dengan perencanaan yang matang. Kanal-kanal yang lebar, lajur jalan yang banyak, ruang terbuka, pengelompokan jenis kegiatan kota, pokoknya rapi deh.

"Pemberhentian berikutnya PASAR SENI"

Begitu bunyi interkom di MRT yang dijalankan tanpa masinis. Menggunakan bahasa Melayu. Ya, ternyata bahasa yang digunakan di KL masih bahasa Melayu, lain dengan bayangan saya, saya kira di KL bahasa yang digunakan sudah full english. Jadi, sejauh ini, belum ada masalah soal bahasa, mungkin hanya ada sedikit kosa kata yang membuat saya bingung. Di KL Sentral tadi contohnya, saat saya mencari tempat sholat, tak ada yang bisa menjawab saat saya tanya dimana mushola, ternyata disana mereka menyebutnya surau, pun dengan WC / Toilet, di papan petunjuk tertulis "Tandas".


Dari Pasar Seni, MRT terus melaju, dan sampai akhirnya kami tiba di stasiun tujuan kami, KLCC (Kuala Lumpur City Center). Stasiun KLCC merupakan bagian atau lebih tepatnya sudah dibuat menyatu dengan Petronas Tower, jadi tidak perlu nyebrang-nyebrang jalan lagi, turun KLCC langsung masuk ke Lobby Mall Petronas. Karena cuma Mall, nggak ada bedanya sama yang di Jakarta, saya nggak minat buat "berpusing-pusing" memutari Mall, saya langsung mencari foodcourt.

Foodcourt terletak di lantai 2, saya berkeliling sebentar untuk mencari kira-kira makanan apa yang belum pernah saya makan, dan akhirnya pilihan saya jatuh pada nasi kare India tentunya dengan daging kambing. 4.8RM harus saya keluarkan untuk menebus makanan itu, sekitar 12 ribu rupiah. Cukup murah bila dibandingkan dengan Jakarta. Sementara saya mencari tempat duduk, 8 orang teman saya ternyata sudah lebih duluan menikmati makan sore mereka, dan apakah makanan yang mereka pilih?

Indonesian Food, hahaha, mungkin sudah kangen rasanya sambel kali ya?
Kelaparan


DAn kata mereka, yang jual nasi berasal dari Lamongan, Jawa Timur. Dan karena si penjual kegirangan mereka ajak ngobrol bahasa Jawa, akhirnya masing-masing mendapat bonus satu buah tempe goreng. Ah cerdas sekali.....

__________________

Selesai makan, badan ini rasanya sudah terisi penuh dan siap untuk menaklukkan KL, waktu sudah menunjukkan pukul 4:00 pm, namun matahari masih bersinar lumayan terik. Berkeliling Mall sebentar, hanya untuk merasakan atmosfir Mall di Malaysia, lalu sholat ashar, kemudian kami langsung menuju taman kota yang terletak di depan Petronas Tower.

Diluar, kami disuguhi taman kota yang tertata apik, pohon pohon yang rindang, bangku-bangku yang bersih, rapi, tanpa ada kehadiran PKL, dan yang paling penting, Petronas Tower terlihat jelas darisini.

Artinya? ini saatnya foto-foto!!!!
 Dimulai dari depan tower, sebuah kolam dengan air mancur yang indah menggoda kami untuk segera pasang aksi.
Setelah itu, yang ada hanya suara jepretan kamera, pergantian pose, dan jungkir balik mencari spot yang bagus untuk berfoto.


 Berfoto dengan latar Twin Tower tentunya
The Twin
 Teduh, rapi, bersih
 Di sebelah kiri taman kota (tak tau mana timur&barat, he)
Tidak tau gedung apa, tapi indah difoto

Malam mulai datang, puas kami berfoto di gedung yang menjadi ikon baru Malaysia, terutama KL menggantikan KL tower. Kami harus bergegas kembali menuju KL Sentral, untuk merasakan bagaimana transportasi rel di Negeri Jiran. Tiket MRT 1.7 RM kembali kami tebus, dan MRT mengantar kami kembali ke KL Sentral dengan suguhan pemandangan malam KL.
___________________________________

Kereta Tanah Melayu sudah menunggu. Tidak berbeda jauh dengan kereta eksekutif milik KAI, 11-12lah kondisinya. Ada beberapa bagian yang rusak dan terlihat tak terawat, cat yang koyak, pintu yang tak berengsel, namun masih terhitung bagus.

Kereta mulai berjalan, 1 jam, 2 jam, dan saya mulai bisa merasakan perbedaanya dengan KA di Indonesia. Jujur, rel di Indonesia lebih nyaman, lebih tenang dan lebih sedikit goncangannya. Itu pertama, kedua, dari sisi kebersihan kereta, setiap 15 menit, selalu ada petugas yang membersihkan gerbong, entah mengangkut sampah ataupun mengepel, jadi kereta selalu bersih. Ketiga, tidak ada pedagang asongan yang masuk ke gerbong. Keempat, stasiun-stasiun transit di Malaysia ternyata sangat sederhana, hanya berbentuk seperti halte bus standar di Indonesia.

Dan lagi-lagi karena terlalu capek, mata saya hanya tertahan selama kurang lebih 3 jam untuk menikmati malam, selebihnya?malam saya nikmati dengan mata terpejam.

Masih 8 jam menuju Perlis....
__________________

Jadi Tips jalan ke KL hari pertama:
1. Diusahakan dari Indonesia pagi, jadi langsung muter-muter.
2. Kalau masuk bandara bawa air sedikit aja, terutama kalau naik Air Asia.
3. Dari LCCT ke KL Sentral lebih murah pake Sky Bus, 8 RM, kalau taksi bisa sampai 80-90RM (1 RM Rp 2,700)
4. Kalau memang langsung jalan-jalan, barang bawaan lebih baik dititipkan di Locker KL Sentral, daripada langsung check-in di Hotel.
5. Perhatikan bener2 waktu masuk halte MRT, tiket jangan sampai ketinggalan, soalnya selain tiket masuk ke stasiun, itu juga tiket keluar anda dari stasiun.
6. Belilah tiket MRT dua buah, yang satu buat kenang-kenangan, hehehe...

Senin, 17 Mei 2010

Malaysia (Day 1)- Solo-KL-Perlis (Part 1)


8 mei 2010
Setelah hampir dua minggu ribet mengurus passport –yang alhamdulillah Cuma 4 hari bolak-balik ke imigrasi-, cari tambahan uang saku, cari money changer, cari pinjeman koper –thanks for Ndut buat tas Polo-nya-, nyapin baju, bikin daftar oleh-oleh, akhirnya pagi ini (8 mei 2010) kami siap terbang ke negeri seberang. Berbekal tiket Air Asia AK-541, pagi-pagi buta, kami bersembilan sudah berkumpul di Bandara Adi Sumarmo.
Pagi ini memang sangat luar biasa, karena mungkin buat kami bersembilan, ini pertama kalinya pergi jalan ke luar negeri, atau bagi saya pribadi, ini juga pertama kalinya naik pesawat. Rasanya dag-dig-dug ser…
07:00 kami sudah tersenyum manis di depan petugas bandara. Tiket di check, masuk bandara Adi Sumarmo yang interiornya wuiiih, Solo banget. Besi tempa yang diukir motif batik menghiasi langit-langit, dinding, dan kolom-kolom bangunan. Kami pun mulai antri check in dan antri bagasi, setelah beres, lalu menuju imigrasi untuk check passport dan mengisi  kartu imigrasi, lalu langsung bayar boarding pass deh. Namun ternyata buat masik ruang tunggu internasional nggak mudah, tepatnya banyak botol minum yang harus kami tinggal, katanya sih di dalam kabin tiap penumpang hanya diijinkan membawa 100ml cairan. Setelah itu, kami pun masuk ruang tunggu dengan lancar.

Karena baru pertama masuk airport, maka kesempatan ini benar-benar saya manfaatkan, dari berfoto dari pojok ke pojok, sampai membuat sketsa, itung-itung daripada bosen nunggu pesawat. Dan setelah hampir 1 jam menunggu, pesawat yang kami nantikan landing. Pesawat berkelir merah putih,dari bentuknya, jelas terlihat kalau itu pesawat Airbus. 20 menit boarding, pesawat siap take off, dag dig dug rasanya, pikiran akan pesawat  jatuh selalu membayang.
“Aku nggak ingin namaku muncuk di koran besok”
Hahaha, itu batin saya. Namun alhamdulillah pesawat take off dengan lancar. Dan mulai detik itu, saya pun bisa bercerita ke emak saya kalau saya pernah terbang. Mungkin sekitar satu setengah jam saya disuguhi pemandangan laut berhias awan putih –kebetulan cuaca pagi itu sangat cerah-, terkadang kami berpapasan dengan pesawat lain, melihat pulau-pulau kecil. Indah sekali terlihat dari atas sini. Di interkom sana, terdengar suara kapten dengan bahasa inggris yang Melayu banget menerangkan bahwa sebentar lagi kami akan sampai di Kuala Lumpur.
Pemandangan di bawah juga sudah berganti, menjadi sebuah pulau yang penuh sesak dengan gedung-gedung menjulang,. Pertama, saya pikir itu KL, belakangan setelah landing, saya diberi tahu teman saya kalau pulau itu adalah Singapura. Yup, mendekati landing, ternyata bukan gedung-gedung tinggi menyambut saya, namun sejauh mata memandang yang ada hanya hamparan kebun sawit. Ya, Malaysia memang terkenal sebagai produsen sawit. Mungkin bandara internasional KL sengaja diletakkan di pinggir kota agar tidak terganggu cahaya lampu kota yang gemerlapan, juga tingginya gedung-gedung.
Landing berjalan lancar. Dan untuk pertama kalinya, saya menjejakkan kaki di luar tanah kelahiran saya. Di tanah Malaysia. Awalnya saya kira Air Asia mendarat di KLIA, ternyata AA punya markas sendiri di LCCT. Dan bandara KL jauuuh lebih luas dibandingkan bandara Adi Sumarmo, sampai bingung saya dibuatnya.
Proses imigrasi berjalan lancar, dan Akhirnya. MALAYSIA, HERE I COME

___________________________________
Perjalanan dimulai, LCCT - KL jaraknya sekitar 70km. Setelah sejenak beristirahat di foodcourt LCCT, kami menuju halte sky bus untuk melanjutkan perjalanan kami ke KL. Sky bus mirip bus AKAP di Indonesia, cuma memang terlihat terawat dan nyaman. Tiket seharga 8 RM sudah kami kantongi, sky bus dengan jurusan KL Sentral dan Puduraya-pun kami tumpangi. Tujuan kami adalah KL Sentral, terminal antar moda (bus, kereta api, dan MRT) di KL yang menyediakan transportasi ke seluruh penjuru Malaysia.
 
Interior sky bus
Sky bus mulai berjalan, dan selama 15 menit pertama, pemandangan masih didominasi oleh kebun kelapa sawit. Lalu lintas tak begitu ramai, tapi satu yang beda dari Indonesia, disini jarang sekali terlihat sepeda motor. 20 menit di dalam bus, gerimis sedikit mengguyur jalanan. Namun dari kejauhan terlihat papan nama yang begitu besar, dengan angkuh berdiri bertuliskan "SEPANG", sirkuit yang sudah seriing menggelar F1 dan motoGP.

Karena kelelahan, saya-pun tertidur.

Terbangun karena bunyi klakson mobil, ternyata saat ini kami sudah memasuki pusat kota KL, mungkin daerah little India, karena di kanan kiri terlihat tulisan-tulisan mirip aksara India, banyak berlalu lalang orang-orang berwajah India, dan barang-banrang yang dijual juga persis seperti yang saya lihat di film India. Sekitar setengah jam kami terjebak di padatnya jalanan KL, sebelum akhirnya sampai di KL Sentral.
Sebuah stasiun -atau terminal- yang ternyata sangat besar. Kalau nggak salah hitung, mungkin ada tiga lantai, lantai 1 yang berhubungan dengan jalan adalah tempat bermacam jenis bus, lalu basement atau ground untuk kereta api, dan lantai atas untuk MRT.
 Nampang sebentar
______________________________

Setelah sholat, kemudian kami mencari locker untuk menitipkan barang-barang kami karena malam ini kami tidak menginap di KL. Kami akan melanjutkan perjalanan menuju Perlis di Utara Malaysia, jadi lebih irit kalau menitipkan barang di Locker daripada menyewa kamar setengah hari di Hotel. Kalu nggak salah satu locker 4 RM, muat untuk sekitar 10 tas backpack.
Lalu, kami segera menuju lantai bawah untuk memburu tiket Kereta Tanah Melayu menuju Perlis. Tiket seharga 42RM untuk keberangkatan jam 21:40. Perlu diketahui, waktu malaysia itu 1 jam lebih cepat dibandingkan WIB. Tujuan selanjutnya adalah KL Sentral market, ya, di lantai bawah memang ada semacam pasar yang menyediakan bermacam barang, dan yang pertama kami cari adalah kartu perdana. Cukup dengan 10 RM dan menunjukkan passport, kita sudah bisa connect langsung dengan sinyal, dan dijamin komunikasi jadi lebih murah dibanding kartu Indonesia yang kena roaming Internasional.
Puas putar-putar KL Sentral, kami naik menuju lantai atas, menuju shelter MRT. Menebus tiket seharga 1.7RM, tujuan kami selanjutnya adalah :
PETRONAS TOWER.