Selasa, 18 Mei 2010

Solo-KL-Perlis (Part II)

Dari KL Sentral menuju Petronas Tower, tepatnya di KLCC, MRT melewati 4 stasiun, Pasar Seni-Masjid Jamek-Kampung Baru-KLCC. Masing-masing MRT datang dan pergi dari dan ke arah yang berlawanan dengan rentang waktu sekitar 5-10 menit. Jadi ngak usah khawatir nunggu lama. Suasana dalam MRT cukup lengang, mungkin memang bukan jam sibuk kali ya? hanya terlihat beberapa Ibu dan orang-orang berpakaian santai.Di dalam, interior MRT sedikit mirip bus TransJakarta, dengan kursi berhadapan, gantungan untuk pegangan, dan tiang di dekat pintu juga untuk pegangan.

Dari atas MRT,Terlihat jelas pemandangan kota Kuala Lumpur. Nggak jauh beda dengan Jakarta. Banyak gedung menjulang, lumayan padat lalu lintasnya -namun porsi motor sangat sedikit-, ramai, tapi yang beda, KL terlihat rapi dan bersih, jelas sekali tergambar bahwa kota ini dibangun dengan perencanaan yang matang. Kanal-kanal yang lebar, lajur jalan yang banyak, ruang terbuka, pengelompokan jenis kegiatan kota, pokoknya rapi deh.

"Pemberhentian berikutnya PASAR SENI"

Begitu bunyi interkom di MRT yang dijalankan tanpa masinis. Menggunakan bahasa Melayu. Ya, ternyata bahasa yang digunakan di KL masih bahasa Melayu, lain dengan bayangan saya, saya kira di KL bahasa yang digunakan sudah full english. Jadi, sejauh ini, belum ada masalah soal bahasa, mungkin hanya ada sedikit kosa kata yang membuat saya bingung. Di KL Sentral tadi contohnya, saat saya mencari tempat sholat, tak ada yang bisa menjawab saat saya tanya dimana mushola, ternyata disana mereka menyebutnya surau, pun dengan WC / Toilet, di papan petunjuk tertulis "Tandas".


Dari Pasar Seni, MRT terus melaju, dan sampai akhirnya kami tiba di stasiun tujuan kami, KLCC (Kuala Lumpur City Center). Stasiun KLCC merupakan bagian atau lebih tepatnya sudah dibuat menyatu dengan Petronas Tower, jadi tidak perlu nyebrang-nyebrang jalan lagi, turun KLCC langsung masuk ke Lobby Mall Petronas. Karena cuma Mall, nggak ada bedanya sama yang di Jakarta, saya nggak minat buat "berpusing-pusing" memutari Mall, saya langsung mencari foodcourt.

Foodcourt terletak di lantai 2, saya berkeliling sebentar untuk mencari kira-kira makanan apa yang belum pernah saya makan, dan akhirnya pilihan saya jatuh pada nasi kare India tentunya dengan daging kambing. 4.8RM harus saya keluarkan untuk menebus makanan itu, sekitar 12 ribu rupiah. Cukup murah bila dibandingkan dengan Jakarta. Sementara saya mencari tempat duduk, 8 orang teman saya ternyata sudah lebih duluan menikmati makan sore mereka, dan apakah makanan yang mereka pilih?

Indonesian Food, hahaha, mungkin sudah kangen rasanya sambel kali ya?
Kelaparan


DAn kata mereka, yang jual nasi berasal dari Lamongan, Jawa Timur. Dan karena si penjual kegirangan mereka ajak ngobrol bahasa Jawa, akhirnya masing-masing mendapat bonus satu buah tempe goreng. Ah cerdas sekali.....

__________________

Selesai makan, badan ini rasanya sudah terisi penuh dan siap untuk menaklukkan KL, waktu sudah menunjukkan pukul 4:00 pm, namun matahari masih bersinar lumayan terik. Berkeliling Mall sebentar, hanya untuk merasakan atmosfir Mall di Malaysia, lalu sholat ashar, kemudian kami langsung menuju taman kota yang terletak di depan Petronas Tower.

Diluar, kami disuguhi taman kota yang tertata apik, pohon pohon yang rindang, bangku-bangku yang bersih, rapi, tanpa ada kehadiran PKL, dan yang paling penting, Petronas Tower terlihat jelas darisini.

Artinya? ini saatnya foto-foto!!!!
 Dimulai dari depan tower, sebuah kolam dengan air mancur yang indah menggoda kami untuk segera pasang aksi.
Setelah itu, yang ada hanya suara jepretan kamera, pergantian pose, dan jungkir balik mencari spot yang bagus untuk berfoto.


 Berfoto dengan latar Twin Tower tentunya
The Twin
 Teduh, rapi, bersih
 Di sebelah kiri taman kota (tak tau mana timur&barat, he)
Tidak tau gedung apa, tapi indah difoto

Malam mulai datang, puas kami berfoto di gedung yang menjadi ikon baru Malaysia, terutama KL menggantikan KL tower. Kami harus bergegas kembali menuju KL Sentral, untuk merasakan bagaimana transportasi rel di Negeri Jiran. Tiket MRT 1.7 RM kembali kami tebus, dan MRT mengantar kami kembali ke KL Sentral dengan suguhan pemandangan malam KL.
___________________________________

Kereta Tanah Melayu sudah menunggu. Tidak berbeda jauh dengan kereta eksekutif milik KAI, 11-12lah kondisinya. Ada beberapa bagian yang rusak dan terlihat tak terawat, cat yang koyak, pintu yang tak berengsel, namun masih terhitung bagus.

Kereta mulai berjalan, 1 jam, 2 jam, dan saya mulai bisa merasakan perbedaanya dengan KA di Indonesia. Jujur, rel di Indonesia lebih nyaman, lebih tenang dan lebih sedikit goncangannya. Itu pertama, kedua, dari sisi kebersihan kereta, setiap 15 menit, selalu ada petugas yang membersihkan gerbong, entah mengangkut sampah ataupun mengepel, jadi kereta selalu bersih. Ketiga, tidak ada pedagang asongan yang masuk ke gerbong. Keempat, stasiun-stasiun transit di Malaysia ternyata sangat sederhana, hanya berbentuk seperti halte bus standar di Indonesia.

Dan lagi-lagi karena terlalu capek, mata saya hanya tertahan selama kurang lebih 3 jam untuk menikmati malam, selebihnya?malam saya nikmati dengan mata terpejam.

Masih 8 jam menuju Perlis....
__________________

Jadi Tips jalan ke KL hari pertama:
1. Diusahakan dari Indonesia pagi, jadi langsung muter-muter.
2. Kalau masuk bandara bawa air sedikit aja, terutama kalau naik Air Asia.
3. Dari LCCT ke KL Sentral lebih murah pake Sky Bus, 8 RM, kalau taksi bisa sampai 80-90RM (1 RM Rp 2,700)
4. Kalau memang langsung jalan-jalan, barang bawaan lebih baik dititipkan di Locker KL Sentral, daripada langsung check-in di Hotel.
5. Perhatikan bener2 waktu masuk halte MRT, tiket jangan sampai ketinggalan, soalnya selain tiket masuk ke stasiun, itu juga tiket keluar anda dari stasiun.
6. Belilah tiket MRT dua buah, yang satu buat kenang-kenangan, hehehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar