Jumat, 08 Juni 2012

Janti, Klaten : air, ikan, air lagi, ikan lagi...

Entah sejak kapan saya menyukai terpaan angin fajar menelusup menyapu wajah dan masuk diantara sela-sela rambut. Mungkin sejak kelas 3 SD, saat untuk pertama kalinya selama hidup, Bapak membelikan saya sepeda BMX bekas yang kemudian merubah hidup saya menjadi seorang petualang. Ya minimal berpetualang muter kelurahan yang dulu seakan tak terjangkau saat modalnya hanya dengkul dan ayunan kaki.

Dan, kebiasaan itu terbawa sampai sekarang. Menikmati bau embun, merelakan dingin kabut meraba tubuh, bergesekan dengan rumput basah, menjadi hal yang sangat saya tunggu di setiap paginya.

Pun dengan pagi ini. Berbekal sepeda yang biasa menemani sehari-hari, berdua dengan Siswo kami memutuskan untuk mencari basahnya rumput, bau sawah, dan dingin mata air ke daerah Janti, Kabupaten Klaten yang juga merupakan sentra penangkaran ikan.

Tepat sehabis sholat subuh kami berangkat. Masih dalam gelap sisa-sisa malam, kami genjot sepeda dengan gear paling besar. Mumpung jalan masih sepi. 10 menit, 20 menit, 30 menit berlalu, pertokoan, rumah, hotel, dan baliho-baliho besar yang semula berderet rapat menghimpit kami perlahan menghilang berganti dengan sawah yang nampak masih enggan melepaskan kabut dari pelukannya. Alhasil, mata kami hanya mampu menangkap keremangan hijau sawah.

Beberapa kali berhenti untuk sekedar minum dan mengambil foto, beberapa kali dilewati rombongan pesepeda lain, dan beberapa kali menelan asap hitam bus Solo-Jogja yang seolah bermesin jet. Saya lupa tepatnya dimana, yang jelas sebelum pasar Delanggu, tepat setelah Jembatan, kami berbelok ke utara, mungkin ke arah Cokro. Pokoknya jalan menyempit dan sepi, yang ada hanya rombongan pesepeda, dan pesepeda. Motor dan mobil hanya terlihat sesekali. Walaupun jalan mulai terasa menanjak, tapi semua teralihkan oleh hamparan sawah yang beberapa terlihat mulai menguning, juga sambutan dari Gunung Merapi yang nampak Gagah menghadang kami didepan.

Persawahan menjelang pintu masuk Janti

Persawahan yang sudah panen & siap tanam lagi
Sekitar setengah jam kami menyusuri sawah sebelum akhirnya mulai muncul bangunan-bangunan yang hampir semua memajang kolam entah di depan, di samping, di belakang, dan papan bertuliskan "pemancingan" mudah sekali ditemukan.

Karena belum terlalu lapar, dan lagi pula belum ada warung yang buka, kami putuskan untuk terus naik menuju Umbul Nila. Sebuah mata air (umbul = mata air) yang terletak di sebelah utara Janti. Mata air yang cukup besar sehingga PDAM Kabupaten Klaten membangun sebuah penampungan yang besar di sebelahnya. Cukup besar, sehingga jangan heran kaklau di sekitar kolam nampak beberapa ibu sedang mencuci baju, bahkan ada beberapa anak yang tanpa rasa takut menceburkan diri dan berenang mengitari kolam.

Sejenak menikmati kopi di pinggiran umbul, mengambil beberapa foto, kamudian kami putuskan untuk turun dan mencari tempat sarapan. Karena ada di Janti, tentu saja yang kami cari adalah ikan. Berputar-putar sejenak, akhirnya kami masuk ke sebuah pemancingan yang ramai terparkir sepeda. Sebuah tempat pemancingan yang ternyata juga memiliki kolam renang didalamnya. Dan dari obrolan dengan beberapa orang, memang selain penangkaran ikan, pemancingan, dan resto, ada beberapa pemilik usaha yang juga membangun kolam renang, sehingga tidak salah kalau Janti mengusung tagline "wisata air".

Satu paket lengkap menu ikan kami pesan. NAsi sebakul, plus ikan satu piring, lalapan, sambel, kerupuk, sengan cepat tersaji dihadapan kami. Rasa capek dan lapar membuat kami kalap, dan dengan sekejap semuanya habis menyisakan tulang dan ceceran sambel.

Saya nggak bakat cerita panjang-panjang, dinikmati foto-fotonya saja deh :D




Sisik ikan yang mau diekspor

Kolam Ikan
Kolam Ikan
Dihadapan hamparan kolam ikan
Paket Lengkap

Siswo

Saya

Akhirnya dengan perut kenyang dan senyum lebar, kami kembali ke Solo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar