Selasa, 17 April 2012

Sumatra Utara Day 1 : Citizen Rally Sensation dan Ombak Toba

"Besok kamu yang mewakili orang-orang kantor ke Medan ya"
Begitu kata Pak Bowo, bagian umum di kantor saya. Yup, beruntung sekali karena banyak yang sibuk, entah acara keluarga, entah sibuk lembur kerjaan, jatah kondangan ke Medan tidak ada yang mengambil. Dan akhirnya kami berempat-lah yang ditugaskan kesana. Lumayan laah sekali-sekali jalan-jalan keluar kota.
 ______

21:40 setelah kurang lebih dua jam terbang dalam kegelapan, perlahan kerlap-kerlip lampu mulai nampak di bawah sana. Kota Medan menyambut kami dengan meriah. Namun, yang saya rasakan justru degupan jantung yang semakin cepat. Inilah utnuk pertama kalinya saya mendarat di Polonia, bandara yang terletak di pusat kota Medan. Saya takut jika pesawat meleset saat mendarat. Tapi alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan untuk menceritakan pengelaman saya kali ini.

Sebuah SUV sudah menunggu kami, tanpa jeda kami harus segera berangkat ke Parapat malam ini. Kira-kira masih 4 jam jauhnya dari Medan. Dan pak sopir memperkenalkan dirinya hanya sebagai orang Flores tanpa menyebut nama.

"Pelan-pelan aja Pak bawa-nya, biar bisa sambil istirahat di mobil"
Begitu kata Bang Tagor yang menjemput kami di Bandara.

SUV melaju, perasaan saya sih ke arah barat. Beberapa menit berjalan, Pak Flores mulai berlagak jadi guide. Yup, bercerita tentang pendeknya jarak antar perempatan di Medan, Medan yang sudah mulai macet, orang-orang Medan yang keras kepala -terbukti banyak yang saya lihat nggak pake helm :D-, apapun dia ceritakan sampai tak terasa papan nama yang tertera di sepanjang jalan bukan lagi bertuliskan "Medan" berganti menjadi "Deliserdang". Kepadatan kota mulai berkurang, dan kecepatan mobil semakin bertambah.
 ____________

Gelap makin merapat, lampu-lampu perlahan mulai berganti dengan deretan pohon sawit dan suara serangga. Jalan yang semula muat untuk 4 mobil, kini menyempit hanya untuk 2 mobil, namun Pak Flores tetap memacu mobil dengan kecepatan yang tidak diturunkan semenjak tadi.

Dan inilah awal mula petualangan itu.......

Di tengah gelap malam dan jalan sempit yang berliku, Pak Flores dengan sangat percaya diri mengemudikan SUV kami. Feeling saya mengatakan kalau dia benar-benar sudah hafal jalan ini. Tanpa adanya lampu penerang jalan -hanya lampu mobil- dikombinasi dengan jalan yang sempit berkelok, dengan resiko berpapasan dengan mobil di depan, Pak Flores terus memacu SUV sampai batas maksimal. Tanpa menginjak rem. Ya, kami berempat diajak berkendara dengan sensasi reli kelas dunia.

Goyang kanan, goyang kiri, lajur kanan, lajur kiri, terkadang overtaking, sering pula off dari aspal. Benar-benar mantap!!! tak ada rasa takut dari wajahnya, hanya kepercayaan diri. Akhirnya saya paham mengapa pengemudi-pengemudi Medan menguasai jalanan Jakarta -terutama metromini-, malam ini saya ditunjukkan buktinya. Tiba-tiba saya terngiang kata-kata Bang Tagor di bandara tadi "Bawa mobilnya pelan-pelan yah".

Yang begini dikata pelan?hahahaha

Setelah hampir 4 jam menyusuri (mungkin) hutan -tak terlihat karena gelap, namun samar terlihat hutan pohon-pohon dan tebing-, pukul 2:00 am kami tiba di Parapat. Tanpaa Ba bi bu lagi kami langsung menuju resort yang sudah disiapkan dan langsung tidur pulas.
______________________
 5:00 am
 
Toba View dari Resort

Saya terbangun, walaupun badan masih shock gara-gara reli semalam, namun saya paksakan untuk melangkah keluar. Kapan lagi liat sunrise di Toba? sehabis sholat subuh, saya dan seorang teman mendekati tepi danau toba, bercengkerama dengan tamu-tamu resort yang lain sambil menantikan sunrise.

Samosir-Parapat-Pematang siantar-Tebingtinggi-Deliserda
ng-Medan

Toba sunrise

Setelah puas menikmati tepian toba, merasakan dinginnya air, menghirup udara segar Toba, sedikit berkeliling ke perkampungan, kami kembali ke Resort untuk sarapan. Ternyata Pak Jaka sudah menunggu di Lounge, dan beliau sudah menyiapkan kapal untuk menyeberang ke SAmosir untuk rombongan dari Medan dan dari Jakarta. Oke, mendengar kabar tersebut, sarapan jadi tambah semangat. Ditemani segelas kopi Sumut yang harum, terbayang sudah Pulau Samosir yang sedari kecil hanya pernah saya kunjungi lewat permainan Monopoli.

Toba dari kapal

Pagi itu angin bertiup lumayan kencang, perjalanan mengarungi Toba terasa lebih menantang. Berkali-kali ombak menerjang perahu dan cukup membuat kami terguncang keras. Saya sengaja memilih duduk di dek depan kapal agar menikmati hembusan angin dan cipratan air TOba.

 Tugu Batak

Hampir sejam kami bergoyang-goyang dihempas ombak Toba. Rute penyeberangan dibuat agak memutar agar kami dapat menikmati pegunungan serta tebing-tebing indah yang mengelilingi Toba. Seperti apa keindahannya?wah, keindahan yang tak akan terwakili oleh kata-kata dan jepretan kamera. Datang sendiri ke sini, ke Parapat.

Perlahan, kapal mulai memasuki Pelabuhan wisata Tomok. Pelabuhan wisata tomok terletak agak jauh dari pelabuhan komersial dan langsung terhubung ke pasar, mungkin namanya Pasar Samosir, karena tak ada papan nama terpampang disitu.

Menjejakkan kaki di Samosir, saya disambut oleh tugu Batak, dan karena Tugu inilah saya baru mengetahui kalau ternyata suku Batak juga masih terbagi menjadi beberapa sub-Suku. Ada sekitar 8 atau 12 sub-Suku Batak, tapi karena lupa tak mencatatnya, saya tidak bisa menyebutkannya disini. Dismaping tugu Batak, terdapat tourism Map pulau Samosir, dan ternyata pelabuhan Wisata ini berada sangat dekat dengan kawasan wisata Samosir. Tak perlu jauh-jauh, cukup dengan berjalan kaki, kami dapat menjangkau Pasar Samosir yang penuh dengan cinderamata khas Sumut, kain Ulos dari yang murah sampai yang kualitas yahud, makam Raja Sidabutar, Patung Sigale-gale, Musium Batak, Batukursi, dan beberapa objek lain.

Tapi, mungkin lebih seru kalau petualangan itu diceritakan di lain waktu, karena saya yakin bakal panjang ceritanya.


________________________
Tips :
1. Pakai sabuk pengaman apabila perjalanan dari Medan ke Parapat anda menggunakan mobil sewa, bersiaplah merasakan sensasi Reli Dakkar.
2. Bila tidak memakai kapal sewa, penyeberangan ke Samosir dapat menggunakan feri umum di pelabuhan Parapat, saya dengar ongkosnya cuma 3 ribu rupiah.
3. Dek terdepan adalah tempat paling pas untuk menikmati Toba, rasakanlah hembusan angin dan segarkan mata anda dari dek terdepan

_____________________
Beberapa foto diambil dari melancong.com karena dokumentasi pribadi hilang terkena virus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar