GA
600 tujuan Manado membawa saya terbang pagi itu, pukul 8:30 tepat pesawat take
off dan meninggalkan Soekarno-Hatta. Cuaca cerah, pemandangan dliluar terlihat
sangat jelas. Disamping saya duduk seorang Bapak tua yang belakangan
memperkenalkan dirinya sebagai dokter anak. Beliau ke Manado dalam rangka
Kongres Nasional Anak (KONIKA).
Bosan
dengan pemandangan diluar kabin dan takut karena turbulensi yang terus terjadi,
Bapak saya ajak ngobrol. Beliau bercerita tentang perjalanan karirnya sebagai
dokter anak, petualangannya keliling Eropa, keliling Australia -anaknya, yang
juga dokter, tinggal di Australia-, keliling Indonesia, dan perjalanan hidup
yang membawanya menjadi seperti sekarang. Akhirnya, selama dua jam Jakarta-Makassar,
saya memperoleh lagi ilmu kehidupan dari seorang dokter anak yang telah
mengabdikan dirinya untuk senyum anak-anak.
Pukul
11:25, pesawat mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makasar untuk transit
menunggu tambahan penumpang dari Surabaya. Pesawat kembali terbang menuju
Manado sekitar pukul 13:00. Maka, sambil menunggu pesawat kembali terbang, saya
putuskan untuk berkaliling Bandara. Bandara yang lumayan megah, dan bersih.
Lebih bersih dan tertata dibanding Bandara Soetta.
Bandara
Sultan Hasanuddin, Makassar
Pukul
14:20 saya tiba di Bandara Sam Ratulangi, kira-kira sepuluh menit sebelum
landing di Manado, saya terpana melihat pemandangan dari atas sini. Bahari
100%. Saya disuguhi pemandangan jernih dan birunya laut Manado, juga nampak
beberapa pulau yang nampak seperti hijaunya permata di tengah kilauan biru air
laut. Sayang, tidak sempat saya abadikan. Tak apa, pemandangan itu seolah
menantang saya untuk menyelami laut Manado esok hari.
Oke,
karena lagi-lagi tugas kantorlah yang membawa saya sampai ke Manado. Maka
itulah yang harus segera saya selesaikan, dan saya harus berusaha
menyelesaikannya hari ini, agar besok saya bisa menjelajah laut Manado. Tujuan
utama adalah Desa Tampusu, di Tomohon.
Beruntung
sekali karena lokasi survei berada jauh dari Manado, jadi perjalanan ini juga
sekaligus menjadi penjelajahan darat Sulawesi Utara. Bandara-Pinggiran Manado-
Menjelang
senja, Desa Tampusu yang kami cari akhirnya ditemukan. TErnyata desa yang
terletak di kaki Gunung Lokon. Desa yang lumayan tinggi posisinya, karena dari
sini, Danau Tondano terlihat sangat jelas dibawah sana.
Danau
Tondano
Karena
hari sudah semakin gelap, survei segera saya lakukan, foto-foto dan sampel
segera diambil. Dan tepat saat matahari terbenam, kewajiban dari kantor tuntas
saya laksananan. Artinya?
Besok
adalah penjelajahan laut Manado!!!!
Rute
kembali dipilih rute shortcut, hanya dalam waktu satu jam kami sudah sampai di
Manado dan langsung mencari tempat makan. Untuk tempat yang dikelilingi laut,
manu yang paling tepat adalah menu seafood. Saya memilih untuk makan di tepian
laut di kawasan Megamall.
Malam
itu, menu yang saya pilih adalah ikan kuah woku belanga. Ikan masak dengan kuah
yang kaya sekali akan rasa rempah. Wangi aroma bawang, lada, dan serai yang
sangat kuat, mungkin dosis keduanya sangat tinggi dalam kauh tersebut. Plus
cabai -entah cabai apa- membuat kombinasi rasa pedas-hangat yang luar biasa
mantap. Bohong kalau keringat tidak keluar deras saat menikmati makan ini.
Ternyata
inilah rempah yang masuk ke woku belanga: Untuk membuat woku belanga, bumbu-bumbu
yang telah dihaluskan seperti bawang merah, cabai, kunyit, kemiri, jahe ditumis
bersama serai dan aneka daun wajib seperti daun pandan, daun bawang, daun jeruk
purut, daun kunyit dan kemangi. Sumber:justtryandtaste.blogspot.com
Ya,
kekayaan inilah yang dulu menarik penjajah datang ke Nusantara -terutama Maluku
yang dekat dengan Sulawesi-. Rempah-rempah, dan hari ini saya baru mengerti
alasan mereka jauh-jauh datang untuk mencari rempah-rempah.
Penampakan
Woku Belanga
Karena
lelah, ajakan Kak Singgih -guide di Manado- untuk berkeliling kota saya tolak.
Langsung mobil dipacu menuju hotel dan tanpa ragu saya langsung tidur demi
menyiapkan badan yang segar untuk esok hari. Jam 10 pagi jemputan akan datang
untuk mengantarkan ke Bunaken.
Saya
menginap di lantai 8 sebuah hotel di pusat kota. Dan di pagi hari, saya baru
sadar kalau pemandangan dari jendela hotel adalah pemandangan langsung ke laut.
Mantap sekali. Sarapan saya selesaikan dengan cepat, nasi kuning dan bubur
Manado jadi pilihan saya pagi ini. Nasi kuning yang tak jauh beda dengan yang
sering saya temui, namun bubur Manado? baru kai ini sya merasakan bubur
yang dicampur sayur, daging, dan rempah sekaligus, bukan sebagai toping.
Enak, dan kembali rasa dan aroma rempah mendominasi masakan.
Buru-buru
saya balik ke kamar untuk sekedar mengabadikan kota Manado dari atas sini.
Sungguh indah, dan bersih. Bau laut tercium dari sini.
View dari kamar hotel
Pukul 9:00 ternyata jemputan sudah datang. Menebus kegagalan acara semalam katanya, maka jadilah pagi ini sebelum ke Bunaken kami berkeliling Manado dari ujung sampai ujung. Namun saya kurang menikmatinya, karena yang ada di pikiran saya cuma laut, laut, dan laut.
Bibir pantai Manado
Jam 10:30 akhirnya mobil diarahkan menuju dermaga. Di daerah dermaga ternyata sedang dibangun sebuah jembatan cable stayed mirip Suramadu namun dengan tiang single. Ah, bukan jembatan yang jadi fokus pandangan saya. Namun laut lepas yang terhampar di depan saya, sudah tidak sabar rasanya ingin segera menceburkan diri.
Jembatan yang on prograss
Bang Asoi, begitu dia memperkenalkan dirinya. Seorang Bapak yang berumur kurang lebih menjelang 40, namun masih terlihat gemuk sehat, dengan kulit hitam khas nelayan yang tiap hari terbakar matahari. Melayani wisatawan dijalaninya sebagai sampingan di akhir minggu diantara kesehariannya sebagai nelayan. Dibantu seorang asisten yang masih sangat muda, Bang Asoi dengan lincah memacu perahu motor lurus menuju Bunaken yang terlihat jelas dari dermaga. Mungkin jaraknya tidak begitu jauh.
400 ribu rupiah, harga yang harus kami tebus untuk menyeberang ke Bunaken.
Asisten Bang Asoi
Perahu melaju cepat, mungkin sekitar 45 meit kami sudah sampai di tepian bunaken. Pemandangan inilah yang kemarin saya lihat dari atas pesawat. Laut yang jernih, biru, bersih, mengelilingi Bunaken. Terumbu karang juga terlihat sangat jelas. Hijau dari atas kapal dan beberapa kali terlihat kibasan ekor ikan.
Oke, begini gambarannya. Bunaken adalah sebuah pulau karang yang terletak di sebuah laut dalam. Yang unik, bunaken dan laut dalam hanya berjarak sekitar 100 meter dari bibir pantai, jadi terdapat seperti jurang yang langsung memisahkan Bunaken-Laut dalam. Dari kedalaman hanya sekitar 1 meter, tiba-tiba laut langsung berwarna biru pekat dan jelas itu pertanda laut sangat dalam. Seperti ini kalau terlihat dari angkasa.
Menyewa peralatan snorkel seharga 150 ribu, tanpa pikir panjang lagi saya segera menceburkan diri ke laut Bunaken. Segar!!bau laut yang bikin ketagihan. Namun ternyata untuk menikmati keindahan laut Bunaken saya perlu latiah, snorkel tidak semudah yang saya kira. Beberapa kali air laut terpaksa tertelan karena saya agak sulit membiasakan diri dengan pernafasan mulut. Hahaha..
Dan, sepanjang sisa hari itu saya habiskan menikmati indahnya terumbu karang, keanekaragaman ikan, bintang laut, gigitan ikan yang berebut biskut, tertawa bersama teman-teman, semuanya tidak ada yang terlewatkan. Berenang di tepian jurang, melihat ikan-ikan yang lebih besar berenang menuju kedalaman laut. Sebuah pemandangan yang sungguh sungguh sungguh menakjubkan. Subhanallah.....
Namun kata Bang Asoi, timing saya salah. Seharusnya semalam saya menginap saja di Bunaken biar bisa menyelam, atau snorkel di pagi hari. Kata Bang Asoi, di pagi hari sering terlihat lumba-lumba. Kecewa sih, namun yang saya alami hari ini sudah sangat menakjubkan.
Foto-foto terumbu karang, ikan dan pemandangan bawah laut? saya rasa tidak perlu saya tampilkan disini karena semua keindahan itu lebih pantas dinikmati di sini langsung, di Bunaken!!!
Bareng Bang Asoi
Menjelang maghrib, kami kembali ke dermaga di Manado. Garuda menerbangkan saya kembali ke Jakarta bersama memori yang tidak akan saya lupakan seumur hidup saya.
Kapal Roro ke Sangir
Nb: sebenarnya masih banyak cerita yang menarik dalam dua hari jalan-jalan ke Bunaken, tapi lain kali aja deh diceritain, hehe
_________________________
Tips jalan ke Manado:
1. Selalu pesan makanan khas, rasanya mantap semua. Nasi kuning, Bubur Manado, Woku, wajib dicoba.
2. Buat muslim, agak sulit cari tempat sholat, hanya dibeberapa tempat terdapat masjid. Jadi siapkan peralatan sholat yang gampang dibawa-bawa.
3. Berangkatlah ke Bunaken pagi hari kalau ingin menikmati laut dengan puas, kalau bisa menginaplah di Bunaken biar berpeluang liat lumba-lumba. Homestay satu malam katanya sekitar 400 ribu.
halo bole minta nomer tlp guide di bunaken?trims 02199188114
BalasHapusini sendirian ya ke manado-bunaken? boleh tahu budgetnya ga dan tips pergi sendiri kesana:D mau travel sendiri jg kesana :)
BalasHapus