Rabu, 11 April 2012

2 day trip : Manado-Bunaken

GA 600 tujuan Manado membawa saya terbang pagi itu, pukul 8:30 tepat pesawat take off dan meninggalkan Soekarno-Hatta. Cuaca cerah, pemandangan dliluar terlihat sangat jelas. Disamping saya duduk seorang Bapak tua yang belakangan memperkenalkan dirinya sebagai dokter anak. Beliau ke Manado dalam rangka Kongres Nasional Anak (KONIKA).
Bosan dengan pemandangan diluar kabin dan takut karena turbulensi yang terus terjadi, Bapak saya ajak ngobrol. Beliau bercerita tentang perjalanan karirnya sebagai dokter anak, petualangannya keliling Eropa, keliling Australia -anaknya, yang juga dokter, tinggal di Australia-, keliling Indonesia, dan perjalanan hidup yang membawanya menjadi seperti sekarang. Akhirnya, selama dua jam Jakarta-Makassar, saya memperoleh lagi ilmu kehidupan dari seorang dokter anak yang telah mengabdikan dirinya untuk senyum anak-anak.
Pukul 11:25, pesawat mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makasar untuk transit menunggu tambahan penumpang dari Surabaya. Pesawat kembali terbang menuju Manado sekitar pukul 13:00. Maka, sambil menunggu pesawat kembali terbang, saya putuskan untuk berkaliling Bandara. Bandara yang lumayan megah, dan bersih. Lebih bersih dan tertata dibanding Bandara Soetta.
 
Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar
 Pukul 14:20 saya tiba di Bandara Sam Ratulangi, kira-kira sepuluh menit sebelum landing di Manado, saya terpana melihat pemandangan dari atas sini. Bahari 100%. Saya disuguhi pemandangan jernih dan birunya laut Manado, juga nampak beberapa pulau yang nampak seperti hijaunya permata di tengah kilauan biru air laut. Sayang, tidak sempat saya abadikan. Tak apa, pemandangan itu seolah menantang saya untuk menyelami laut Manado esok hari.
Oke, karena lagi-lagi tugas kantorlah yang membawa saya sampai ke Manado. Maka itulah yang harus segera saya selesaikan, dan saya harus berusaha menyelesaikannya hari ini, agar besok saya bisa menjelajah laut Manado. Tujuan utama adalah Desa Tampusu, di Tomohon.
Beruntung sekali karena lokasi survei berada jauh dari Manado, jadi perjalanan ini juga sekaligus menjadi penjelajahan darat Sulawesi Utara. Bandara-Pinggiran Manado-
Menjelang senja, Desa Tampusu yang kami cari akhirnya ditemukan. TErnyata desa yang terletak di kaki Gunung Lokon. Desa yang lumayan tinggi posisinya, karena dari sini, Danau Tondano terlihat sangat jelas dibawah sana.

 
 Danau Tondano
Karena hari sudah semakin gelap, survei segera saya lakukan, foto-foto dan sampel segera diambil. Dan tepat saat matahari terbenam, kewajiban dari kantor tuntas saya laksananan. Artinya?
Besok adalah penjelajahan laut Manado!!!!
Sunset Tampusu

Langit Sore Tampusu

Rute kembali dipilih rute shortcut, hanya dalam waktu satu jam kami sudah sampai di Manado dan langsung mencari tempat makan. Untuk tempat yang dikelilingi laut, manu yang paling tepat adalah menu seafood. Saya memilih untuk makan di tepian laut di kawasan  Megamall.
Malam itu, menu yang saya pilih adalah ikan kuah woku belanga. Ikan masak dengan kuah yang kaya sekali akan rasa rempah. Wangi aroma bawang, lada, dan serai yang sangat kuat, mungkin dosis keduanya sangat tinggi dalam kauh tersebut. Plus cabai -entah cabai apa- membuat kombinasi rasa pedas-hangat yang luar biasa mantap. Bohong kalau keringat tidak keluar deras saat menikmati makan ini.
Ternyata inilah rempah yang masuk ke woku belanga: Untuk membuat woku belanga, bumbu-bumbu yang telah dihaluskan seperti bawang merah, cabai, kunyit, kemiri, jahe ditumis bersama serai dan aneka daun wajib seperti daun pandan, daun bawang, daun jeruk purut, daun kunyit dan kemangi. Sumber:justtryandtaste.blogspot.com
Ya, kekayaan inilah yang dulu menarik penjajah datang ke Nusantara -terutama Maluku yang dekat dengan Sulawesi-. Rempah-rempah, dan hari ini saya baru mengerti alasan mereka jauh-jauh datang untuk mencari rempah-rempah.
 Penampakan Woku Belanga
Karena lelah, ajakan Kak Singgih -guide di Manado- untuk berkeliling kota saya tolak. Langsung mobil dipacu menuju hotel dan tanpa ragu saya langsung tidur demi menyiapkan badan yang segar untuk esok hari. Jam 10 pagi jemputan akan datang untuk mengantarkan ke Bunaken.
Saya menginap di lantai 8 sebuah hotel di pusat kota. Dan di pagi hari, saya baru sadar kalau pemandangan dari jendela hotel adalah pemandangan langsung ke laut. Mantap sekali. Sarapan saya selesaikan dengan cepat, nasi kuning dan bubur Manado jadi pilihan saya pagi ini. Nasi kuning yang tak jauh beda dengan yang sering saya temui, namun bubur Manado? baru kai ini sya merasakan bubur yang  dicampur sayur, daging, dan rempah sekaligus, bukan sebagai toping. Enak, dan kembali rasa dan aroma rempah mendominasi masakan.
Buru-buru saya balik ke kamar untuk sekedar mengabadikan kota Manado dari atas sini. Sungguh indah, dan bersih. Bau laut tercium dari sini.

View dari kamar hotel

Pukul 9:00 ternyata jemputan sudah datang. Menebus kegagalan acara semalam katanya, maka jadilah pagi ini sebelum ke Bunaken kami berkeliling Manado dari ujung sampai ujung. Namun saya kurang menikmatinya, karena yang ada di pikiran saya cuma laut, laut, dan laut.

Bibir pantai Manado

Jam 10:30 akhirnya mobil diarahkan menuju dermaga. Di daerah dermaga ternyata sedang dibangun sebuah jembatan cable stayed mirip Suramadu namun dengan tiang single. Ah, bukan jembatan yang jadi fokus pandangan saya. Namun laut lepas yang terhampar di depan saya, sudah tidak sabar rasanya ingin segera menceburkan diri.
 Jembatan yang on prograss

Bang Asoi, begitu dia memperkenalkan dirinya. Seorang Bapak yang berumur kurang lebih menjelang 40, namun masih terlihat gemuk sehat, dengan kulit hitam khas nelayan yang tiap hari terbakar matahari. Melayani wisatawan dijalaninya sebagai sampingan di akhir minggu diantara kesehariannya sebagai nelayan. Dibantu seorang asisten yang masih sangat muda, Bang Asoi dengan lincah memacu perahu motor lurus menuju Bunaken yang terlihat jelas dari dermaga. Mungkin jaraknya tidak begitu jauh.

400 ribu rupiah, harga yang harus kami tebus untuk menyeberang ke Bunaken.
Asisten Bang Asoi

Perahu melaju cepat, mungkin sekitar 45 meit kami sudah sampai di tepian bunaken. Pemandangan inilah yang kemarin saya lihat dari atas pesawat. Laut yang jernih, biru, bersih, mengelilingi Bunaken. Terumbu karang juga terlihat sangat jelas. Hijau dari atas kapal dan beberapa kali terlihat kibasan ekor ikan.

Oke, begini gambarannya. Bunaken adalah sebuah pulau karang yang terletak di sebuah laut dalam. Yang unik, bunaken dan laut dalam hanya berjarak sekitar 100 meter dari bibir pantai, jadi terdapat seperti jurang yang langsung memisahkan Bunaken-Laut dalam. Dari kedalaman hanya sekitar 1 meter, tiba-tiba laut langsung berwarna biru pekat dan jelas itu pertanda laut sangat dalam. Seperti ini kalau terlihat dari angkasa.


Menyewa peralatan snorkel seharga 150 ribu, tanpa pikir panjang lagi saya segera menceburkan diri ke laut Bunaken. Segar!!bau laut yang bikin ketagihan. Namun ternyata untuk menikmati keindahan laut Bunaken saya perlu latiah, snorkel tidak semudah yang saya kira. Beberapa kali air laut terpaksa tertelan karena saya agak sulit membiasakan diri dengan pernafasan mulut. Hahaha..

Dan, sepanjang sisa hari itu saya habiskan menikmati indahnya terumbu karang, keanekaragaman ikan, bintang laut, gigitan ikan yang berebut biskut, tertawa bersama teman-teman, semuanya tidak ada yang terlewatkan. Berenang di tepian jurang, melihat ikan-ikan yang lebih besar berenang menuju kedalaman laut. Sebuah pemandangan yang sungguh sungguh sungguh menakjubkan. Subhanallah.....

Namun kata Bang Asoi, timing saya salah. Seharusnya semalam saya menginap saja di Bunaken biar bisa menyelam, atau snorkel di pagi hari. Kata Bang Asoi, di pagi hari sering terlihat lumba-lumba. Kecewa sih, namun yang saya alami hari ini sudah sangat menakjubkan.

Foto-foto terumbu karang, ikan dan pemandangan bawah laut? saya rasa tidak perlu saya tampilkan disini karena semua keindahan itu lebih pantas dinikmati di sini langsung, di Bunaken!!!

Bareng Bang Asoi

Menjelang maghrib, kami kembali ke dermaga di Manado. Garuda menerbangkan saya kembali ke Jakarta bersama memori yang tidak akan saya lupakan seumur hidup saya.

Kapal Roro ke Sangir

Nb: sebenarnya masih banyak cerita yang menarik dalam dua hari jalan-jalan ke Bunaken, tapi lain kali aja deh diceritain, hehe
_________________________

Tips jalan ke Manado:
1. Selalu pesan makanan khas, rasanya mantap semua. Nasi kuning, Bubur Manado, Woku, wajib dicoba.
2. Buat muslim, agak sulit cari tempat sholat, hanya dibeberapa tempat terdapat masjid. Jadi siapkan peralatan sholat yang gampang dibawa-bawa.
3. Berangkatlah ke Bunaken pagi hari kalau ingin menikmati laut dengan puas, kalau bisa menginaplah di Bunaken biar berpeluang liat lumba-lumba. Homestay satu malam katanya sekitar 400 ribu.

2 komentar:

  1. halo bole minta nomer tlp guide di bunaken?trims 02199188114

    BalasHapus
  2. ini sendirian ya ke manado-bunaken? boleh tahu budgetnya ga dan tips pergi sendiri kesana:D mau travel sendiri jg kesana :)

    BalasHapus